Selasa, 23 Oktober 2007

STOP Bete !

Tini (bukan nama sebenarnya) adalah seorang ibu muda dan seorang karyawati di sebuah Tabloid. Pekerjaan dirubrik kitchen (baca memasak) dia garap secara tekun dan kreatif. Hanya saja 3 bulan terakhir, sejak bos ganti, Tina sering bete dan ujung-ujungnya juga mempengaruhi pekerjaannya. Kreativitasnya juga menjadi seret bahkan mampet.

Setelah ngobol dengan Tina beberapa saat.....ho o, kamu ketahuan........ya.....ketahuan kalo Tina menganggap bos diktaktor, lebih-lebih lagi... pekerjaan dia di mata bos hampir tidak pernah becus. Bos yang perfeksionis, sering secara culas membeberkan kesalahan/kekurangan Tina.

Nah tu dia...... yang membuat yang membuat Tina bete. Kalo ketemu bos jadi bad mood, marah, merasa bersalah, merasa bodoh, merasa diremehkan.....wah campur aduk dech (Bagus.....bagus sekali kalo bisa memunculkan dan memberi label perasaan-perasaan yang ada).....terus gimana? Selain itu ngaruh juga pada relasiku dengan bos, jadi pada gak nyaman, gak bisa akrab seperti dengan bos yang dulu dech....ayo gimana nich?

”Lah kamu fokus aja pada pekerjaanmu? Kalo memang bos tipenya perfeksionis, gimana hayo?” kataku seenaknya. Tina menjawab dengan sigap ”Justru itu...ya gak bisa dong dia seenaknya saja, aku sudah berusaha keras, selalu saja masih kurang. Kurang ini kurang itu....mbencekno! Bikin pusing aja. Jatah tidur pun berkurang karena kepikiran.” Suara menjadi meninggi, terlihat ketegangan pada diri Tina.

”Oke rileks….nyantai aja. Nah......ayo bermain-main sejenak, melepaskan ketegangan” ajakku.

Sebelum bermain. Perkenankan saja menampilkan point-point penting sebagai indentifikasi pada persoalan yang dihadapi Tina dan yang ditemukan :
1. Tina Bete dan Kreativitas dirasakan seret, mampet (menurun).
2. Dia merasa, dua hal pada point 1 merupakan akibat dari sikap perfeksionis bos baru-nya.
3. Bete di sini campuran dari : bad mood, marah, merasa bersalah, merasa bodah, merasa di remehkan. Relasi den bos gak nyaman, gak bisa akrab.
4. Secara fisik : pusing, susah tidur, ketegangan (ketika membahasnya).

Sekarang saatnya bermain........permain ini saya dapatkan dari mentor saya (Krishnamurti, National Mindset Motivator). Are You ready? Hehehe...nyatai aja dong. Ayo kita gerak-gerak, goyang dan kami dengan senyam-senyum karena memang kami membuat gerakan-gerakan yang konnyol.

Gerak-gerak, goyang-goyang hanya merupakan sarana untuk mengubah keadaan (state) yang sebelumnya tegang supaya lebih rileks. Ada banyak cara, pilih yang cocok.

Oke permain pertama kita mulai ........ kita ambil satu kursi. Dan angkat..........eit, tetap tahan di tangan, belum saatnya di turunkan. ”aduh berat nich, dah boleh turun?” tanya Tina. Belum baru 30 detik......nah sekarang ayo jalan....kursinya tetap ditahan di tangan. Beberapa saat kemudian ”Hoey...sakit, dah ya!” ya sudah letakkan pelan-pelan, gimana rasa lengannya? ”wah....lengan jadi kaku, sakit mas!” keluh Tina.

Sekarang kita masuk ke permainan kedua............kamu, silahkan ambil posisi duduk, boleh di mana aja....asal rilek aja, nyatai aja.....atur nafas, tarik nafas yang dalam dan lepas nafas perlahan-lahan. Supaya lebih nyaman dan tetap fokus boleh pejam mata kamu.....setiap hembusan nafas katakan dalam hati......pikiran....dan tubuhku.....menjadi tenang.......menjadi rileks......... Saat ini.........pikiran.....dan tubuh semakin rileks.......semakin tenang...........
Pindahkan perhatianmu pada lengan, tanganmu yang tadi untuk mengangkat dan menahan kursi.............rasakan saja....rasakan apa yang bisa dirasakan. Jika terasa kaku biarkan rasakan saja......rasakan sensasinya, mungkin juga ada rasa sakit, rasaknan saja............dan biarlah tubuh dan pikiran semakin rileks......semakin tenang.........usaplah dan katakan dalam hati pada lengan.............aku lepaskan, aku bebaskan.....ketegangan, kekakuan pada lenganku dan rasa sakitnya.....biarlah saat ini kembali seperti semula..............ulangi lagi sebanyak tiga kali.........laku dengan lambat dan tenang..............
Setelah diulang tiga kali....tarik nafas yang dalam.....hebuskan perlahan..dan ucapkan syukur.......ulangi lagi setiap hembusan nafas ucapkan syukur...........dan akhir perhalan-lahan, buka mata..........sesuaikan mata dengan cahaya sekitar.....................................

Oke.......gimana Tina? Tina hanya menjawab dengan tersenyum.......Apakah ada komentar darimu untuk dua permain ini tadi? ”Kayaknya game ini tadi mewakili apa yang aku alami sekaligus sebagian jawaban bagi persoalan tersebut?” jawab Tina ragu. Maksud loe?..hehehe....Tina meneruskan ”Kursi yang saya pegang membuat tangang dan lenganku tegang, kaku dan sakit. Nah...ini mewakili perasaan bad mood, marah, merasa bersalah, merasa bodoh, merasa diremehkan aku pegang selama tiga bulan ini.....ini yang membuatku jadi bete dan akibat lainnya kreativitas jadi seret. Kalau mau kuncinya terletak pada kesadaranku atas perasaan-perasaan tersebut tanpa menolaknya hanya merasakan, mengakui adanya persaan-perasaan tersebut dan menerimanya bahwa inilah yang sedang aku rasakan kalau gak salah istilahnya NO MIND, ya mas?” Saya mengangguk. Teruskan. ”Seperti dalam game itu dengan tidak melawan, dengan menerima jadi lebih nyaman diriku. Dan selanjutnya kemauan untuk melepaskan membuat kelegaan. Tanganku juga benar-benar rileks dan gak sakit lagi loh, demikian cepat ya?”

Saya hanya tersenyum, karena merasa komentar Tina masih ada lanjutannya. ”Tadi, aku katakan bahwa dalam game terutama yang kedua, ada sebagian jawaban.” lanjutnya ”Nah, kalo saya sudah mampu menerima dan melepaskan perasaan-perasaan negatifku, tapi bosku gak juga berubah? Terus Gimana?”

Baiklah, mari kita bermain-main lagi. Permain yang ketiga ini saya dapat ketika nonton film PATCH ADAM, pemeran utamanya Robin William. Siap? ”oke bos” jawabnya semangat.
Angakat tanganmu setinggi wajah, telapak tangan dalam keadaan terbuka menghadap ke wajah. Beri jarak antara wajah dengan telapak tangan sejauh 60 cm – 100 cm. Kira-kira aja... terus tekuk ibu jari ke telapak sehingga seperti kalo kita memberi tanda angka 4. lihat tangan mu........sekarang ada berapa jari? ”ya empat, mas” jawabnya cepat. Sabar, lakukan dengan tenang dan rileks. Coba lihat lagi......masih sama juga....rileks aja......setelah beberapa menit ”hehehe.....jadi bisa lihat delapan jari Mas?” komentar Tina senang bercampur ragu.

Tepat. Kita bisa melihat delapan jari. Bagaimana akhirnya kamu bisa melihat 4 jari yang lainnya? ”Dengan mengubah cara aku memandang?” jawab Tina tegas. Good! Belajar apa dari game ini?

”Dari awal, aku diajak mengindentifikasi persoalan, lalu diajak untuk mau mengakui, menerima dan melepaskan jika ada perasaan-perasaan negatif yang bisa membuat kita kembali feel good. Kemudian dari game terakhir ini, aku belajar untuk menuntaskan ganjalan saya yaitu dengan mengubah cara pandang ku, persepsi ku terhadap bos aku?”

Bisa berikan penjelasan secara konkritnya bagaimana?

”Tiga bulan ini aku hanya melihat 4 jari maksudnya hanya memperhatikan sikap diktaktornya, keculasannya, dan perfesionis dari bos ku. Sedang 4 jari yang lain tidak kulihat. Aku mampu melihat 8 jari justru ketika aku mampu mau mengubah cara ku memandang. Dan saat ini aku jadi lebih aware, saat aku ubah persepsiku tentang bosku aku juga menemukan yang berbeda pada dirinya. Aku jadi respek terhadap beliau.”

Kalo bole tahu, pada bagian mana yang kau ubah?

”Sebenarnya bukan diktaktor tapi tegas itu yang pertama. Berikutnya sikap, culas dan perfeksionis itu kan sebenarnya tantangan bagi aku, kami di tim Kitchen untuk naik kelas, lebih kreatif, lebih bisa mengeluarkan potensi aku. Hehehe..... Dah mas, makasih”

Dah enakan......?

”STOP Bete, Goodbye Bete......!” ucap Tina sambil melambaikan tangannya.




”aku jadi lebih aware, saat aku ubah persepsiku tentang bosku
aku juga menemukan yang berbeda pada dirinya”






Surabaya, 19 Oktober 2007
salam,
ambro

Tidak ada komentar:

Posting Komentar