Senin, 26 Mei 2008

Rujak Manis

Kalau Anda warga Surabaya atau pernah datang ke Surabaya dan lewat Jalan Polisi Istimewa sampai Jalan Dr. Soetomo pasti Anda akan menjumpai pedagang kaki lima dengan gerobak kecilnya yang rata-rata bercat hijau atau biru. Itulah para penjual rujak manis. Dan kalau Anda mampir untuk beli, Anda tinggal membawa pulang saja karena potongan buah dan bumbunya sudah siap untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.

Rujak manis biasa terdiri dari potongan buah mentimun, bengkoang, papaya, nenas mangga (jika sedang musim), nangkah, tahu goreng. Tapi ada juga yang menambahkan apel, melon, semangka. Terus…bumbunya pun sederhana saja terdiri dari cabe, sedikit garam, asam, kacang goreng, dan gula merah yang digiling atau ditumbuk bersama. Meskipun sederhana rujak manis jika dimakan sangat nikmat apalagi makan ramai-ramai dengan keluarga, sahabat atau teman-teman.

Tapi tak kalah enaknya jika rujak manis itu buatan sendiri dalam acara rujakan. Pertama harga totalnya bisa lebih murah tapi bisa dinikmati banyak orang. Kedua suasana jadi lebih akrab dan ramai karena buatnya kerokan.

Seperti halnya saat rujakan di rumah Gondo. Lima belas sampai dua puluh orang yang hadir untuk acara yang mereka beri nama ”Sweet Rujak Party”. Karena membuatnya keroyokan gak sampai 15 menit rujak pun tersajikan untuk disantap ramai-ramai ”Rujak Manis......kenikmatan mengajarkan sesuatu pada kita” celuk Wagiso berfilosofi sambil menorehkan nenas ke bumbu rujak. “wah, dalam nich!? Maksud loe?” sahut Gondo menggoda.

”Loh...ini sama dengan sebuah tim” Wagiso meneruskan dengan santai. ”Walah, gak nyambung So!” Wagiso mengambil nenas lagi sambil mengangkatnya. ”Dikatakan rujak karena setiap elemen didalamnya harus dipotong-potong itulah essensi rujak, itulah kesederhanaan.” sementara Wagiso menarik nafas dalam-dalam ”Teruskan So!” seru Gembul ngompori (baca: beri semangat).

Sambil tetap menikmati rujak, Wagiso meneruskan ”Pertama, keanegaraman buah mewakili anggota tim. Dalam sebuah tim tentunya mempunyai anggota yang unik dengan dengan kemampuan dan kepribadian yang berbeda-beda. Kedua, kalau buah atau tahu gorengnya utuh namanya bukan lagi rujak tapi makan buah. Dalam konteks Tim, dipotong-potong kecil melambang menunjuk kepercayaan dan kontribusi tanpa menonjolkan ke-aku-annya. Namun demikian kontribusi itu tetap terasa. Dan ketiga, bumbu mempunyai peran untuk mengikat, memberi nuasa baru bukan lagi kumpulan potongan buah tapi itulah rujak manis. Bagaimana, ada komentar?”

”Bolehlah, meskipun agak maksa sedikit untuk ngepas-ngepasin-nya”
”ya....menurutku, sebaiknya kita habiskan saja rujak ini, hehehe....”

(Ceritanya masih nggantung? Maaf.....sengaja diputus sampai disini. Selanjutnya, terserah Anda kalo mo kembangkan tafsiran idenya.)

Surabaya, 25 Mei 2008
Oleh Ambrosius Bata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar