Senin, 17 Agustus 2009

INDONESIA RAYA

(Refleksi lagu kebangsaan pada 8 windu Kemerdekaan Indonesiaku)

Selepas malam syukuran dan tirakat memperingati HUT RI ke-64 tahun ini, ada sesuatu yang menggelitik diri. Dan aku sendiri belum jelas hal apa itu. Sampai akhir pagi ini, ketika terjaga dari tidur, pikiran ini melayang dan mendendangkan lagu kebangsaan, lagu Indonesia Raya.

Termasuk saat menulis ini, saya pikir bukan kebetulan, ada wawancara kepada masyarakat di salah satu stasiun TV swasta tentang memaknai lagu Indonesia raya. Dan entah kenapa…..jadi sesuatu yang menarik buat saya. Memaknai lagu kebangsaan.

Saya menemukan 4 point dalam bait dan refrain lagu Indonesia raya yaitu:

1. Penerimaan & Pengakuan

Indonesia tanah airku
Tanah tumpah darahku
Di sanalah aku berdiri
Jadi pandu ibuku

Indonesia kebangsaanku
Bangsa dan tanah airku
Marilah kita berseru
Indonesia bersatu


Jika boleh memilih, apakah kita sungguh meninginkan terlahir dari seorang ibu yang berkebangsaan Indonesia dan juga tinggal di Indonesia? Tapi sayangnya kita tidak bisa ngitip terlebih kita terlahir dari rahim siapa dan di mana kita di lahirkan.

Kalau sudah demikian, mau apa lagi…….ya diterima saja, diakui saja kita. Siapapun ibu kita patut diterima dan diakui. Dan bagaimana nantinya kita berbakti kepada orang yang sudah melahirkan kita.

Nah..........Bait ke-1 dan ke-2 dari lagu kebangsaan kita mengungkapkan penerimaan dan pengakuan sebagai anak-anak bangsa yang terlahir sebagai anak bangsa dari Ibu pertiwi Indonesia. Dan sekaligus menerima dab mengakui untuk berdiri memandu, menjaga dan memberi arah bagi ibu pertiwi, bagi sesama anak bangsa. Memandu untuk terus menyeluruhkan kesatuan. Dan mengarah pada cita-cita bangsa, Indonesia Raya.

2. Kebanggaan

Hiduplah tanahku
Hiduplah negeri
Bangsaku rakyatku semuanya

Pada bagian ini terlihat kebanggaan untuk menghidupkan tanah, negeri, bangsa dan semua rakyatnya. Menghidupkan, berarti memberi hidup, memberi roh agar orang-orang di dalamnya tidak menjadi robot, atau mayat hidup melainkan sungguh menjadi hidup dan berarti. Dan sungguh hidup menjadi bangsa yang besar, Indonesia raya.

3. Kesadaran , Bangkit, dan Bertumbuh-kembang.

Bangunlah JIWAnya
Bangunlah badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya bukanlah sebuah utopia jika segenap anak negeri ini menerima, mengakui dan bangga sebagai yang mau berdiri sebagai pandu negerinya. Bukan hanya menuntut, apalagi menggerogoti. Tapi berdiri dengan segala kemampuannya, melalui profesi apapun yang dijalani dengan bangga mempersembahkannya sebagai anak-anak negeri yang berbakti pada ibu pertiwi.

Pada bagian ini, memang tetap aktual yaitu dengan kesadaran semuanya bisa dimulai, dengan kesadaran perubahan diri bisa diarahkan.

Kata Bangunlah, bagi saya ada 3 arti 1) terjaga, sadar (aware), 2) bangkit berdiri, dan 3) bertumbuh-kembang. Dan menarik bangun, dimulai dari jiwa, jiwa anak bangsa agar menjadi lebih berkarakter untuk mewujudkan Indonesia Raya.

4. Kecintaan

Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Tanahku negeriku yang kucinta
Indonesia Raya, merdeka, merdeka
Hiduplah Indonesia Raya

Dan yang terakhir, dengan pikiran dan hati yang merdeka memberikan cinta Indonesia tetap hidup sebagai Indonesia raya. Kekuatan Cinta adalah kekuatan hati, melalukan sepenuh hati, bekerja dengan total bagi Indonesia Raya.


Mari..... dengan penerimaan & pengakuan, juga kebanggaan sebagai anak negeri ini kita tetap terjaga dalam kesadaran kita untuk membangkitkan jiwa, menumbuh-kembangkan jiwa kita dengan kecintaan bagi Indonesia Raya. Apapun profesi kita, apapun pendidikan kita, bagaimanapun latar belakang kita ....berhenti hanya mengeluh, berhenti hanya menuntut perubahan, lakukan sesuatu perbadi lepas pribadi dan bersama-sama melewati masa-masa krisi menuju Indonesia Raya.


Merdeka! Merdeka! Merdeka!
Surabaya, 17 Agustus 2009
By : Ambrosius Bata

1 komentar: