Hari Minggu kemarin acara gladi kotor dengan paduan suara, namun ada beberapa anggota dari tim musik tidak hadir. Salah satunya pemukul jimbe untuk lagu bergaya jula-juli dan degung Bali-Sunda. Karenanya kawan yang satu lagi, sebut saja Gopla harus menggantikannya. Padahal Gopla yang juga pemukul jimbe itu hanya terbiasa untuk lagu-lagu pop, country, atau bosanova dan cha-cha.
“Yok opo iki pukulane, ngene bener yo?” seru Gopla beberapa kali yang artinya “bagaimana pukulannya, begini benar ya?” untuk minta arahan dari Gondrong sang arranger.
Terlalu cepat setengah ketuk, kadang terlalu lambat.....beat-nya jadi tidak selaras di ulang lagi, diulang lagi. Kemudian Cak Wagiso, sang gitaris pun turun tangan untuk memberi contoh kepada Gopla yang adalah anggota baru kami yang memainkan jimbe gantian dengan Cak Sur.
“Oke, oke!” ujar Gopla semangat setalah mendengar dan mengamati pola pukulan jimbe untuk jula-juli style, sepertinya dia sudah mulai paham pukulannya.
“Duh.....keliru lagi!” celetuk Gopla yang ternyata ketukannya masih belum tepat. “Gimana ya......ternyata susah juga, padahal tadi kayaknya sudah jelas dan paham lho....” sambil cengar-cengir seperti berucap pada diri sendiri.
“Begini aja, pola pukulannya sudah clear-kan?” tanya Cak Wagiso dengan sabar “Nah, selebihnya gunakan feeling-mu, rasakan lagunya, beat-nya. Selebihnya bisa kamu improve tidak harus seperti yang aku contohkan tadi....itu tadi hanya pola dasarnya, ok....”
“Pla, ngopi-ngopi dulu.....” ajakan seorang teman saat istirahat.
”sebentar, nanggung nich...” kata Gopla sambil terus mencoba-coba pukulannya pada beberapa sisi jimbe dan posisi telapak tangan yang berbeda juga, ternyata efek suara yang ditimbulkannya memang bisa berbeda-beda. ”gunakan feeling.....rasakan beat-nya” terus terngiang-ngiang di benak Gopla sambil terus berlatih.
Ketika latihan lagi setelah istirahat, Senyum-senyum dan saling memandang kami dibuatnya...... mendengarkan pukulan Gopla menjadi jauh lebih enak didengarkan, dan dia juga sangat menikmat jika dilihat dari cara bermainnya. Sebuah kemajuan sekalipun tidak seheboh Cak Sur yang sudah lihay itu.
*******
Saat perjalanan pulang, dalam benakku muncul kembali rekaman peristiwa Gopla yang menggantikan Cak Sur........ dari kejadian itu aku belajar sesuatu dari apa yang dilakukan Gopla, yaitu :
1. Mau mengambil tanggung jawab dan mau mencoba. (Meski bukan tugasnya, meskipun dia orang baru).
2. Berani bertanya (ya memang belum...kan mesti bertanya..hehehehe)
3. Menyediakan diri untuk berlatih (meski yang lain istirahat)
3. Gunakan Rasa dan menikmatinya (seperti yang diarahkan Cak Wagiso)
Belajar dari Gopla untuk diri kita masing-masing. Pertanyaannya bagi kita......
Jika ada tanggungjawab baru, apalagi yang kita belum pernah, belum bisa dan lagi bukan tugas kita:
1. Maukah mengambil tanggungjawab tersebut dan menjadikannya peluang untuk belajar, peluang untuk maju?
2. Beranikah kita bertanya dan berhenti untuk jaim (jaga image) atau takut dibilang bodoh.....
3. Maukah menginvestasikan waktu dan tenaga untuk berlatih, untuk menjadi biasa dengan tugas yang baru tersebut?
4. Sanggupkah kita bekerja, melakukan sesuatu tidak sekedar gunakan logika, melainkan juga dengan rasa dengan hati dan lebih menikmatinya?
supaya tidak berhenti pada pertanyaan, maka mari kita menjawabnya dengan tindakan seperti yang dilakukan oleh Gopla.
Bisa jadi kita berkata....."kan persoalan kita tidak se-simple yang dialami Gopla?"
Benar, bisa jadi memang tidak se-simple itu, tetapi maukah kita mencobanya....melatihnya...... dan jawaban serta keputusan ada pada diri kita masing-masing.
Selamat Berkarya.....dan menikmatinya.........
salam,
ambrosius bata
keterang:
jimbe = kendang africa
jula-juli = lagu atau kidungan jawa timur - suroboyoan
Nah yang belum pernah lihat jimbe seprti yg di mainkan di atas, nah yang kayak gini dipakai utk gantinya kendang dan memainkan jula-juli suroboyoan......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar