Senin, 24 Januari 2011

Bila siap MENDAPATKAN, sudahkah juga siap KEHILANGAN ?

Sebuah Kisah yang diadaptasi dari The HealingStories karya GW Burns.
 


Alkisah, seorang lelaki keluar dari pekarangan rumahnya, berjalan tak tentu arah dengan rasa
putus asa. Sudah cukup lama ia menganggur. Kondisi finansia keluarganya morat-marit. 

Sementara para tetangganya sibuk memenuhi rumah dengan barang-barang mewah, ia masih bergelut memikirkan cara memenuhi kebutuhan pokok keluarganya sandang dan pangan. Anak anaknya sudah lama tak dibelikan pakaian, istrinya sering marah-marah karena tak dapat membeli barang-barang rumah tangga yang layak. 

Laki-laki itu sudah tak tahan dengan kondisi ini, dan ia tidak yakin bahwa perjalanannya kali inipun akan membawa keberuntungan, yakni mendapatkan pekerjaan.

Ketika laki-laki itu tengah menyusuri jalanan sepi, tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu.
  Karena merasa penasaran ia membungkuk dan mengambilnya. 

“Uh, hanya sebuah koin kuno yang sudah penyok-penyok,” gerutunya kecewa.

Meskipun begitu ia membawa koin itu ke sebuah bank.

“Sebaiknya koin ini Bapak bawa saja ke kolektor uang kuno,” kata teller itu memberi saran.

Lelaki itupun mengikuti anjuran si teller, membawa koinnya ke kolektor.
  Beruntung sekali, si kolektor menghargai koin itu senilai 30 dollar. Begitu senangnya, lelaki tersebut mulai memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan rejeki nomplok ini. Ketika melewati sebuah toko perkakas, dilihatnya beberapa lembar kayu sedang diobral. Dia bisa membuatkan beberapa rak untuk istrinya karena istrinya pernah berkata mereka tak punya tempat untuk menyimpan jambangan dan stoples.
 
Sesudah membeli kayu seharga 30 dollar, dia memanggul kayu tersebut dan beranjak pulang. Di tengah perjalanan dia melewati bengkel seorang pembuat mebel. Mata pemilik bengkel sudah terlatih melihat kayu yang dipanggul lelaki itu.
Kayunya indah, warnanya bagus, dan mutunya terkenal. Kebetulan pada waktu itu ada pesanan mebel. Dia menawarkan uang sejumlah 100 dollar kepada lelaki itu.
Terlihat ragu-ragu di mata laki-laki itu, namun pengrajin itu meyakinkannya dan dapat menawarkannya mebel yang sudah jadi agar dipilih lelaki itu. Kebetulan di sana ada lemari yang pasti disukai istrinya. Dia menukar kayu tersebut dan meminjam sebuah gerobak untuk membawa lemari itu. Dia pun segera membawanya pulang.

Di tengah perjalanan dia melewati perumahan baru.
  Seorang wanita yang sedang mendekorasi rumah barunya melongok keluar jendela dan melihat lelaki itu mendorong gerobak berisi lemari yang indah. Si wanita terpikat dan menawar dengan harga 200 dollar. Ketika lelaki itu nampak ragu-ragu, si wanita menaikkan tawarannya menjadi 250 dollar. Lelaki itupun setuju. Kemudian mengembalikan gerobak ke pengrajin dan beranjak pulang.

Di pintu desa dia berhenti sejenak dan ingin memastikan uang yang ia terima.

Ia merogoh sakunya dan menghitung lembaran bernilai 250 dollar. Pada saat itu seorang perampok keluar dari semak-semak, mengacungkan belati, merampas uang itu, lalu kabur. Istri si lelaki kebetulan melihat dan berlari mendekati suaminya seraya berkata, 
“Apa yang terjadi? Engkau baik saja kan? Apa yang diambil oleh perampok tadi?" Lelaki itu mengangkat bahunya dan berkata,
“Oh, bukan apa-apa. Hanya sebuah koin penyok yang kutemukan tadi pagi”.


Refleksi:
cerita ini menginspirasi sebuah refleksi dari proses kehilangan/dirampok 250 dollar milik si pria tadi: 
"tidak ada menjadi ada lalu tidak ada lagi" atau "ada menjadi tidak ada"......... merasa kehilangan sesuatu

misalnya saja:
Usaha kecil-kecilan... menjadi maju.... bertambah besar.... tiba-tiba bangkrut karena sepi order atau ditipu atau difitnah.......
Membangun Karir... ketika mendapat promosi... tiba-tiba ada jegal dari belakang....

Membangun relasi sepasang kekasih: mulai kenalan, jatuh cinta, pacaran, tunangan.. eh pas siap mau nikah ditinggalkan... 

Atau bahkan yang sudah menikah...... hubungan renggang serumah tapi merasa bak terpisah tidak seperti dulu lagi... tidak seperrti biasa... 

Ibu-ibu: melahirkan, membesarkan, dan mendidik anak dengan baik...... e...setelah dewasa... setelah tidak serumah... jarang dan bahkan tidak pernah ditengok sang anak tercinta.... merasa dilupakan meski selalu berdoa untuknya 

masih banyak peristiwa, deretan cerita
dari ada menjadi tiada.... yang indah seolah rusak jadinya.......
hilang.... sirnah.......
hilang.... musnah....

dibuatnya sakit hati, kecewa, marah, bahkan trauma.... 
 
Dan ada beragam cara menyikapinya (kehilangan). Dari mulai marah-marah, menangis,  protes pada takdir, hingga bunuh diri........................
belajar dari pria yang tak punya apa-apa menemukan koin penyok sampai akhir mendapat 250 dollarnya...lalu dirampok.... 
dan berkata "Oh bukan apa-apa....." 

Bagaimana dengan kita
semudah itukah saat ada yang dirampok dari diri kita......jawabnya ada pada diri Anda

Bila siap MENDAPATKAN, sudahkah juga siap KEHILANGAN ? 
lalu kemudian bangkit kembali untuk terus berupaya, 
sekalipun dengan cara yang berbeda 
mendapatkan yang hilang kembali jadi ada... 
meski dalam wujudnya yang tidak persis sama.... 
dan membiarkan itu semua sebagai ANUGRAH 



Refleksi by ambro

cerita email dari Pak Andreas.

1 komentar: