Kamis, 13 Januari 2011

Kopi: Pahit dan Nikmat

Beberapa jam yang lalu kami saling beri comment di wall-ku sekitar gorengan dan kopi, sampai pada komentar dari Allen... ada menarik. Ini cuplikan comment tersebut...
Margaretha Allen: Mas ambro aku plus kopi hitam no gula ya...hahah...
Ambrosius Bata: @Allen..... kata teman2ku P15 urip iku wis akeh pahite..kok ngombeh kopi yo seneng sing pahit tho.... xixixixixi... bener tho Anna....
Margaretha Allen: Pahit nya kopi n kehidupan itu sama mas ambro. Pahit dan nikmat....makanya suka. Tp yg blg pahit kan indera rasa saja mas....

Sampai di sini saja, tidak ada diskusi atau sharing lanjut.

Imajinasiku melayang....unconscious-ku menelusur...... mencari.........,
“Bagaimana kopi yang pahit bisa nikmat? Ada yang suka kopi manis, ada yang suka sedang-sedang saja komposisinya tidak pahit juga tidak manis. Ada juga yang suka pake gula kelapa, dicampur creamer, atau dicampur susu jadi kopi susu. Tapi yang satu ini kopi pahit tanpa gula tentu saja dan tentu saja bukan kopi instan dalam konteks ini.... “

Dan tak lama kemudian, langsung saja memori tertuju ketika bersama teman-teman P15. Saat itu sehabis pulang latihan kelompok musik kami, P15. Karena malam dan pada kelaparan kami mampir di warung kaki lima. Kemudian semua pesanan makan, disusul pesan minuman. Sesaat kami tertawa ketika satu teman yang tergolong berkulit gelap seperti saya, sebut saja Yos namanya...hehehe... Yos menyampaikan pesanannya
“Bu, kulo mboten nedho kopi mawon mboten nggangge gulo” (Bu, saya tidak makan kopi saja tidak pakai gula)
dan dilanjut celetukan-celetukan teman yang lain.
“Oalah.... urip iki wis pahit, pesen kopi ae kok yo kopi pahit... hehehe” (ya ya.... hidup ini sudah pahit, pesan kopi saja juga kopi pahit) yang lain ikutan tertawa mendengarnya.

Sementara kami ngobrol dan bercanda, makan dan minuman mulai dihidangkan ibu penjual di warung itu. Begitu piring-piring sudah dimeja, semua segera melahap makanan yang sudah pesan itu karena memang kami semua sedang lapar selepas latihan. Dan tidak sampai lima belas menit semua piring sudah kosong karena isinya sudah disantap bahis oleh yang punya.

Begitulah memoriku terputar lagi yang kemudian menemukan titik temu antara pernyataan Allen dan apa yang dilakukan Yos, kopi tanpa gula “Pahit dan nikmat”. Lalu aku zoom ingatanku pada bagian itu.......Bagaimana Yos menikmati kopi pahitnya.... ketika teman-teman sedang menikmati makanan, Yos membiarkan saja kopinya yang mengepul menyebarkan aromanya yang khas. Rupanya dia memilih untuk menurunkan suhunya dan mengendapkan ampas-nya lebih dahulu sebelum menyruput. Dan masih jelas diingatku cara menyruput-nya pun sedikit demi sedikit sambil tetap terlibat dalam obrolan dan candaria bersama. Begitu rupanya Yos menikmati kopi pahitnya. Setelah tinggal ampasnya yang dalam cangkir, dia masih juga menemukan kenikmatan tambahan dengan menyolek ampas lalu mengoleskannya pada sebatang rokok kretek yang ada ditangannya yang diikuti oleh dua teman lain yang ada disebelah Yos, membuat cete  dalam istilah Bahasa Jawa-nya.

Yos sebenarnya bukanlah penggemar kopi pahit, hanya saja saat itu dia memilih kopi tersebut. Nah, Belajar dari Yos, saya menemukan dan mencoba menrefleksikan pernyataan Allen. Ada tiga frase yang menarik untuk dieksplorasi :

1.       Pahit nya kopi n kehidupan itu sama mas ambro.
Apapun jenisnya, dari manapun asalnya kopi itu memang pahit. Apa adanya dari dulu kopi itu ya pahit... tentu saja kopi tidak bisa menolak bahwa biji kopi, bubuk kopi rasanya pahit.  
Jika kehidupan dianalogikan dengan pahitnya kopi, tentu yang dimaksud sisi kehidupan yang dirasakan sebagai kepahitan: peristiwa yang membuat sakit hati, saat merasa jatuh dan gagal, dikucilkan, ditolak, dan sebagainya. Sungguhkah keberaannya, kehadirannya tidak membuahkan kenikmatan juga? Jawabnya ya, tetap sebuah kepahitan jika dimakan begitu saja seperti halnya kopi yang pahit, tetap menjadi sesuatu yang pahit. Lalu bagaimana menemukan kenikmatan kopi pahit? Bagaimana mendapatkan kenikmatan dalam kepahitan hidup?

2.       Pahit dan nikmat.... makanya saya suka.
Saya menemukan bagaimana Yos menikmati kopi pahit, bahwa ada proses untuk menjadikan yang pahit menjadi nikmat, demikian juga halnya dengan kehidupan kita yaitu:
  • Menunggu suhunya turun
    Jika persoalan datang, perlu juga menurunkan suhu emosi negatif kita, kepala dingin agar lebih tenang dalam menghadapinya.
    • Mengendapkan ampasnya
    Perlu sabar, mengendapkan dalam benak kita agar lebih jernih memandang persoalan yang ada.
    • Menyruput sedikit demi sedikit
    Menghabiskan, menyelesaikan secara step by step.
    • Sambil tetap ngobrol dan bercanda
    Dalam menghadapi dan  menyelesaikan persoalan, tidak meninggalkan atau meniadakan aktivitas2 yang lain, semua tetap berjalan normal.
    Proses ini bukanlah sebuah urutan, namun para penikmat kopi pada umum-nya melakukan hal tersebut.

    3.       Tapi yang bilang pahit kan indera rasa saja mas....
    Sebuah proses yang alami jika sesuatu ditangkap oleh indera dan kita mempersepsinya. Indera pengecap merasakan kopi lalu mempersepsi sebagai pahit. Maka untuk melihat kenikmatan dibalik yang pahit, untuk menangkap hikmah dibalik peristiwa yang dibutuhkan juga perubahan persepsi, yang memungkinkan cara kita merespon berbeda. Peristiwanya tetap sama tapi jika kita merespon dengan cara yang berbeda maka hasilnya akan berbeda.

    Selamat menikmati HIDUP, sebab hidup ini adalah anugrah. Sepahit apapun pada saatnya memunculkan hikmah. Tergantung bagaimana kita mengubah persepsi untuk meresponnya. Agar kita mampu menurunkan suhu emosi, mengendapkan supaya lebih jernih, menyelesaikan satu per satu tanpa menghentikan apa yang sedang berjalan.


    by ambrosius bata

    Picture dari: http://faizal.web.id/cakrawala/kopipahitcom.html

    1 komentar: