
Ke mana adamu?
ketika lara ragaku
aku mengharap hadirmu
aku menantikanmu
bersama bimbangku
seiring raguku
diri yang lain hadir
mengapa bukan kamu yang hadir?
Aku pikir semesta bicara
Aku anggap semesta menjawab
Hadirnya.........
meski tidak diharap
tetap hadir dengan mantap
meski disuruh pergi
tetap saja datang lagi
meski ditendang
tetap saja diam tak menentang
Aku pikir semesta bicara
Aku anggap semesta menjawab
Pikirku.........
Kian terlihat sosok lama
Makin jelas gambaran lama
Kini datang lagi menjelma
Dalam dirimu adanya
yang bisa mengungkit rasa sakit
Sudah cukup, aku merasakan sakit
Sudah lelah, aku meneteskan air mata
Aku hanya butuh nyaman...
Itu saja sudah yang menjadi idaman.
Aku hanya butuh aman....
Itu saja yang kudambakan.
II
Aku tak ke mana-mana
Memang gelisa mendengar cerita
Bahwa ragamu lara
Aku tak ke mana-mana
Namun kian gelisa
Saat dirimu sepertinya tidak mau berjumpa
Ujarmu:
”Saya ingin sendiri!,
bercengkrama di area privasi
semutpun dilarang memasuki!”
Rasa hormatku
Sikap respekku
Justru itu yang menahan hadirku
Untuk tetap menjaga privasimu
Aku keliru......
Dibalik ujarmu nyatanya
Kau mengharapkanku
Kau menantikanku
Andai saja......
bisa menerawang membaca isi hati seseorang
bisa melihat apa yang tersirat.
Nyata tidak bisa..........
III
Bersyukur pernah mengenalmu
Bersyukur pernah berproses denganmu
Aku bukanlah sosok lama itu
Aku bukanlah gambaran lama itu
Kalau masih ada sebersit saja lentara dijiwa
Kalau masih ada kesempatan kedua
Kembali...... mari kita tata
Impinan itu sudah ada,
Namun begitu
Entah bermuara ke mana
Tidak tahu ke mana akan menuju
Karna rancanganku bukanlah rancanganMU
Bridge:
Tetap jalani saja sambil berserah,
dalam serah membuka jendela jiwa
lebih peka melihat tanda-tanda semesta
yang merangkumkan jawabanNYA
Apapun nantinya.........
semua sudah sempurna adanya,
semua tentu yang terbaik yang dihadirkanNYA.
Surabaya, 1 Juni 2010
By ambrosius bata
Tidak ada komentar:
Posting Komentar