Jumat, 28 Desember 2007

Sebutir Telor (Pilih membusuk atau tetap segar)

Tumpukan telor di sebuah toko meracang (baca : sembako) kecil sedang saling curhat. “semoga kita cepat terjual ya…….” Kata yang satu,
“Iya nich….aku pikir, aku terlalu lama ditumpuk di sini” sambung yang lain,
“Bosan….bosan…….kalo aku jadi semakin bosan” sahut dari sebutir yang lain lagi.
“aku malah dari kemarin hanya dipegang-pegang aja….tapi akhirnya gak dibeli….apa aku ini kurang menarik?” celetuk yang lain dengan suara yang menunjukkan kejengkelan.
“hahaha…….hehehe…….” terdengar suara tawa dari tumpukan telor yang paling bawa dan tawa itu membuat yang lain merasa aneh. Ada yang sedang berkeluh kesah…malah ditertawakan, apa toh yang satu telor ini tertawa? Sebelum ada yang mengeluarkan pertanyaan yang tersimpan di hati, dengan smiling voice yang segar dan menyejukkan sang telor segara memberi alasan “Terus…..terus saja mengeluh……terus saja jengkel…..terus saja, biar kita semua cepat membusuk dan tak berguna lagi sehingga dibuang di tempat sampah sebagai telor-telor busuk!”

Semua terdiam, hening……sampai ada suara lirih “Iya betul, apa yang dia katakan. Kita mesti stop mengeluh! kita harus mencari cara supaya secepatnya meredahkan kejengkelan atau kemarahan kita. Beberapa minggu yang lalu ketika aku baru diletakkan di kotak ini ketika kalian semua belum berada di sini termasuk kamu yang tertawa tadi, ada sekitar 10 telor tiap hari mengeluh, marah-marah, mengumpat, ngomel dan kalian semua tahu apa yang terjadi pada telor-telor tadi?”
“Membusuk?” terdengar suara dari telor yang tadi merasa jengkel, intonasinya terdengar antara memberikan jawaban atau lebih tetapnya pertanyaan untuk konfirmasi.
“Yap betul, tepatnya setelah 5 hari berturut-turut dan secara intents meberikan reaksi negative atas keberadaannya, pada hari ke 7 telor-telor itu membusuk.” Kemudian telor itu diam…………semua diam………….larut dengan dirinya sendiri-sendiri..........................

“Hai......kok jadi sepi, ayo sedikit gembira lah !!” si telor yang paling ceria itu membangunkan keheningan diantara mereka.
“Ok, ok. Terima kasih kalian berdua telah mengingatkan diriku. Tapi...yang menarik bagiku saat ini adalah kamu” sambil mengarahkan pandangannya ke telor yang tertawa tadi. ”kamu, letakmu dibagian paling bawah, jadi ada kemungkinan kamu akan berada di tempat ini lebih lama karena belum dibeli orang dan digunakan. Dan ada kemungkinan sebelum dibeli kamu sudah busuk, tapi kamu kok santai aja dan kamu tampak paling ceria dibanding yang lainnya?”
Dengan santai dia menjawab ”Semua memang mungkin, segala kemungkinan bisa terjadi. Teman-teman yang letaknya di atas ada kemungkinan untuk diangkat, ditimbang dan dibawa pulang untuk digunakan manusia, itu membuat kita semua, sebutir telor menjadi punya harga. Namun kemungkinan yang lain, kalian yang di atas cuma dipegang-pegang, digoyang-goyang dan diletakkan lagi. Justru yang dipilih kita yang berada di bawah.” kembali tersenyum ”Pembeli itu semakin jeli, mereka memperhatikan warna kita, belum lagi kita digoyang atau dikocok untuk memastikan bahwa kita adalah telor-telor yang berkualitas. Kita, sebutir telor yang dirasakan segarlah yang akan dipilih oleh manusia untuk dibawa pulang ke rumah.”

”Kita semua tahu bahwa suhu di sekitar kita dapat mempercepat pembusukan kita. Namun kita juga tahu bahwa kita diberi anugerah, kita diberi perlindung yaitu yang ada dalam diri kita, yaitu inti diri kita yang memampukan kita menjaga kualitas kita dan menjadikan kita tahan lama. Syaratnya, selalu membuat dan menjaga inti diri kita untuk tetap postif......” diam sejenak
”Marah, jengkel, bosan dan lain-lain, boleh-boleh saja itu netral, tapi kalo belarut-larut menjadi kemarahan, kejengkelan, dan kebosanan inilah yang membuat inti diri kita negatif. Dan mempercepat proses pembusukan kita!”

”Nah............kalo aku saat ini tempatku paling bawa ada kemungkinan aku gak tersentuh dan sebelum di beli sudah busuk. Hal ini benar-benar aku sadari. Dan sesadar-sadarnya aku lebih memilih untuk tetap ceria, untuk tetap gembira dengan senyum dan tawa. Karena ini yang membuat aku tetap berkualitas, tetap menjadi telor yang segar.”
”Aku yakin, karena aku menjaga diri tetap positif. Kualitas dan kesegaranku akan tampak keluar. Semua dah tahu kan kalo itu bisa menarik pembeli untuk mengangkat aku, di masukkan ke keranjangnya dan dibawa pulang.”

”OK.......sekarang teman-teman pilih tetap ngomel, marah, jengkel, mengeluh...........atau.....
Pilih ceria, gembira..........tetap berkualitas, tetap segar ?!!”


####

Yang tersebut di atas hanyalah sekumpulan butir telor dengan keberadaan dirinya.
Nah, sekarang giliran Anda. Gantilah telor, tempat telor, pembeli dan segala situasi dan komunikasi yang terjadi dengan diri Anda. Kemudian.........................................
Selamat memasuki kenyataan hidup Anda dan temukan pembelajaran di dalamnya, untuk menjadi tetap ”BERKUALITAS DAN SEGAR”.


Oleh : AMBROsius BATA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar