Rabu, 25 November 2015

PESMOL TENGIRI

Karena  Kasih, sanggup menyangkal diri.
Meski raga lelah, meski sebenarnya tidak suka.
Kasih memampukan seseorang melampauinya demi yang dikasihinya.”

Sudah dua minggu ini Ayang ingin sekali makan ikan tengiri segar. Dan beberapa kali Ayang mengajak Meme untuk belanja ikan tengiri. Namun masih ditunda-tunda realisasinya. Dan Karena inginnya Ayang berkata kepada Meme 
“Kalau ikan asin tengiri itu sudah biasa. Tapi kalau tengiri segar aku belum pernah. Enak kali ya?” kata Ayang kepada Meme.
“Mau dimasak apa? Jawab Meme dengan ekspresi bingung, karena dia belum pernah masak macam-macam ikan. Paling-paling ikan goreng.
“Pesmol oke, Gulai juga boleh, digoreng plus sambel ala penyetan juga asyik!” seru ayang. “Kalau pesmol, bumbunya apa saja ya?” kali ini Meme seperti bicara pada dirinya sendiri.
Malam itu kira-kira pukul 19.30. Sepulang dari akupuntur mereka tidak langsung pulang ke rumah. Meme mengajak Ayang  ke pasar ikan. Dan yang paling dekat dari tempat akupuntur adalah pasar pabean. Salah pusat belanja ikan segar di kota Surabaya.
“Ayo kita mampir ke pabean cari tengiri?” ajak Meme
“kamu tidak capek kah?” Tanya Ayang memastikan kalau-kalau Meme kecapekan. Sebab sejak pulang kerja mereka langsung Shin Se untuk akupuntur dan Meme sedang tidak enak bandan. “Enggak kok… sekalian, kan dekat dari sini. Kita cari tengiri. Kamu kan pengin banget makan tengiri segar. Siapa tahu di pabean lagi ada tengiri.”
“Kalau kamu masih pusing, kita langsung pulang saja. tengiri bisa ditunda kok. Me..” Ayang menegaskan yang penting Meme nyaman.
nggak pa-pa, ayo kita berangkat” jawab Meme santai.
Ketika memasuki jalan satu arah itu, becek dan aroma anyir di mana-mana mulai tercium hidung. Bagi tempat anyir dan becek seperti ini adalah paling tidak dia sukai. Namun kali ini dengan semangat dia menerobosnya.
Di tengah ramainya pengunjung dan penjual pasar pabean, sesekali terdengar suara “Minggir-minggir”. Itu adalah suara tukang angkat, memikul ikan yang baru di turunkan dari mobil. Kami spontan minggir, bahkan menepi dan tersenggol ikan di meja dagangan.
Jiah… “ mereka berdua kaget dan menghindar, karena tiba ada seseorang yang membuang air dari drum tempat ikan. Kaki mereka tidak bisa mengelak dari serbuan air itu, basah dan anyir. Meski demikian dengan semangat Meme mengajak Ayang masuk ke bagian dalam pasar.
Sebenarnya mereka belum tahu bentuk ikan tengiri seperti apa. Beberapa stan pegadang mereka Tanya tapi tengiri belum ditemukan. Hari itu yang banyak ikan tongkol, cumi-cumi dan udang. Merka mencoba lagi di stan yang lain.
“Bu… ada Tengiri?” Tanya Ayang. Ibu pedagang itu memberi jawaban dengan menunjuk ke arah 4 ekor ikan yang ukuran besar banget menurut kami. “hihihi… besar banget” komentar mereka berdua sambil tertawa lirih.
“satu kilo berapa, Bu?” Tanya Ayang ragu-ragu.
“65 ribu” jawab ibu itu dan melanjutkan “itu seekor antara 3 sampai 4 kilogram” seakan menangkap arah pertanyaan berikutnya. Dan memang benar itu adalah jawaban dari pertanyaan yang masih mereka batin, berapa kilo satu ekor itu. “gak ada yang lebih kecil ya?” Tanya Meme. “gak ada. Coba di sana itu. Di situ biasanya jual Tengiri juga” Sambil menunjuk satu stan yang kira-kira berjarak 8 meter berseberangan dari kami berada sekarang.
Dan sesampai di stan tersebut Meme bertanya “ada tengiri Pak?” Bapak yang sedang menata dagangannya itu berhenti dari aktivitasnya dan menjawab “ada-ada… sini, sebelah sini. Nah ini tengirinya.” Sambil mengajak dan menunjukan tengiri di stan yang ada di depannya.
“Ko… berapa sekilo?” bapak itu bertanya kepada seorang yang tidak lain pemilik stan tersebut. di situ ada 4 ekor ikan ukuran biasa menurut kami. “ambil semua… sekilo 45 ribu aja” kata pemilik stand kepada kami. Dan bapak tadi yang ternyata asisten pedang, langsung membawa 4 ekor tengiri lalu menimbangnya “2,5 kilo”. Kemudian terjadilah interaksi pedagang dan meme-ayang, deal 2,5 kilo dengan per kilonya 42 ribu.
Perjuangan meme mencarikan ikan tengiri sudah berhasil. Mereka pulang dengan puas. Dan tiba di rumah sudah pukul 21 lebih. Namun demikian ternyata episode tengiri belum berhenti sampai di situ.
Setelah sampai rumah Meme langsung membersihkan tengiri dan memasukannya ke lemari es. Lalu mandi dan Meme berbaring di kamar. Sementara Ayang habis mandi masih di kamar depan. Ayang mempersiapkan pekerjaan untuk besok pagi.
Setelah Ayang selesai kira-kira pukul 23, dia masuk ke kamar dan dijumpainya Meme masih terjaga bersama smartphone nya.
“Kok, belum tidur…. Gak capek tah kamu, besok kan masuk pagi” Ayang nyerocos sebab tahu bahwa Meme tadi gak enak dan tidak mesti ke pabean cari tengiri.
“ini aku sudah meng-copy anake cara memasak tengiri… ini juga ada pesmol. Besok aku masakin pesmol ya…”  meme ganti nyerocos gak kalah semangatnya meski raga sudah lelah. Namun terpancar sukacita dalam pancaran mata dan suaranya.
“Terima kasih ya Eme…” ayang membalas ungkapan Meme, sambil mengecup keningnya. “Ayo bobok… wes itu di lanjutkan nanti”
Lampu kamar sudah di padamkan. Tapi pikiran dan hati Ayang masih belum padam untuk masuk dalam istirahat malam. Dan dalam hening malam itu….

“ Syukur… ya syukur kepadaMU ya Allah. Sekali lagi hari ini kuterima hadiah kasih dari seorang istri. Padahal hari ini dia habis kerja, tidak enak badan, menyangkal ketidaksukaan dan jijiknya menyusuri lorong-lorong stan pasar ikan pabean,browsing resep masak. O… terima kasih untuk hadiah hari ini. Demi tengiri, demi menyenangkan suami. Syukur… untuk hadiah yang luar biasa. Hari ini.”

Ke esokan harinya, sepulang kerja Meme mengeksekusi resep hasil browsingan nya. Dan tak sampai satu jam masakan sudah siap saji. Ketika disajikan ditemani dengan krupuk dan es jeruk. Mereka menikmatinya bersama, pesmol tengiri ala sang istri. Maturnuwun Gusti….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar